SINGKIRKAN PEMBATAS

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Kamis pekan biasa ke-10

10 Juni 2021.

Bacaan dibawakan oleh Melani dan renungan dibawakan oleh Johanes Surya, dari Lingkungan Santa Lusia I, Gereja St. Yakobus, Paroki Kelapa Gading, Keuskupan Agung Jakarta.

2 Korintus 3: 15 – 4: 1.3-6; Mazmur tg 85: 9ab-10.11-12.13-14; Matius 5: 20-26.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (3: 15 – 4: 1. 3-6)

Saudara-saudara, memang benar,
setiap kali orang-orang Israel membaca kitab Musa,
ada selubung yang menutup hati mereka,
sampai pada hari ini.
Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan,
maka selubung itu diambil daripadanya.
Sebab Tuhan adalah Roh;
dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.
Dan dengan muka yang tidak berselubung, kita semua
mencerminkan kemuliaan Tuhan .
Dan karena kemuliaan itu datang dari Tuhan yang adalah Roh,
maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya,
dalam kemuliaan yang semakin besar.

Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini.
Karena itu kami tidak tawar hati.
Jika Injil yang kami wartakan masih tertutup,
maka hanya tertutup untuk mereka yang akan binasa,
yaitu orang yang tidak percaya,
yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini,
sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil
tentang kemuliaan Kristus,
yang tidak lain adalah gambaran Allah sendiri.

Sebab yang kami wartakan bukan diri kami sendiri!
Yang kami wartakan adalah Yesus Kristus sebagai Tuhan,
dan kami sendiri sebagai hambamu karena kehendak Yesus.
Sebab Allah yang telah bersabda,
“Dari dalam gelap akan terbit terang!”
Dialah juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita,
supaya kita beroleh terang
dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah
yang nampak pada wajah Kristus.

Demikianlah sabda Tuhan.

Tema renungan kita pada hari ini ialah: Singkirkan Pembatas. Dalam perayaan Misa dengan gereja yang dipenuhi oleh umat, saat konsekrasi terjadi keributan sedikit di bagian belakang. Seorang bocah laki-laki menangis. Pasalnya ibunya tidak bisa menduduki dia di pundaknya, seperti biasa yang dilakukan oleh bapaknya. Pada hari itu bapaknya berhalangan datang karena ada pekerjaan di luar kota.

Bocah ini kadang duduk manis di bangku, atau asyik dengan mainannya, atau mewarnai gambar-gambar. Pada waktu akan konsekrasi, ia dinaikkan ke pundak bapaknya dan dengan senangnya menatap Tuhan Yesus di altar yang diangkat oleh imam. Sayang sekali, kali ini ia tidak bisa menatap karena ibunya tidak sanggup menaruh dia di pundak. Banyak orang yang berdiri membatasi dia untuk melihat Tuhan. Ia menangis dan berontak.

Pembatas dalam bentuk apa pun mesti disingkirkan supaya kita bisa mempunyai kebebasan untuk melihat dan mengalami kehadiran Tuhan. Santo Paulus menegaskan ini dengan menggunakan ilustrasi selubung yang menutup hati orang-orang ketika mereka membaca kitab Musa tetapi tak mampu berjumpa Tuhan Allah. Ada selubung pembatas yang menghalangi, yaitu kekerasan hati dan kebutaan mereka.

Pembatas pada prinsipnya diciptakan oleh kita sendiri. Malas dan bosan sering menjadi tembok semen tebal yang menghalangi kita kontak dengan Tuhan. Orang malas dan bosan kelihatan tertidur atau berbuat sesuatu lain di sebelah tembok, padahal di sebelah yang lain ada Tuhan yang memperhatikan dia. Mereka ini tinggal diajak dan dibujuk atau diberi pengertian supaya bersemangat kembali.

Marah, benci, dendam dan hati yang keras atau brutal merupakan tembok besi baja yang tak bisa ditembus. Sampai-sampai Yesus menyuruh kembali dari hadapan Tuhan untuk hilangkan amarah, minta maaf, damai dahulu dengan orang yang terlibat dalam marah atau benci, supaya saat kembali lagi sudah tak ada penghalang atau pembatas. Orang-orang seperti ini, tidak cukup diajak atau dibujuk. Mereka harus diberi ketegasan langsung ke pokok masalah seperti Yesus, bahwa seperti ini sangat tidak layak untuk menatap dan berjumpa dengan Tuhan.  

Pihak luar sama sekali bukan penghalang atau pembatas bagi kita untuk menatap Tuhan dan berjumpa dengan-Nya. Anda misalnya dilarang untuk berdoa atau menghadiri Misa, namun hati, pikiran dan kehendakmu tetap saja berkontak dengan Tuhan tanpa diketahui oleh si penghalang itu. Jadi seruan untuk menyingkirkan pembatas, terutama adalah untuk diri kita sendiri.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Tuhan Yesus Kristus, Engkau menyambut setiap orang tanpa batas apa pun. Jadikanlah hati kami seperti hati-Mu supaya kami tetap dekat dengan Dikau dan menerima sesama kami seperti yang Engkau kehendaki dari kami. Salam Maria… Dalam nama Bapa…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *